Suara terompet bersahut-sahutan dengan bunyi petasan. Sayup-sayup terdengar lagu-lagu perayaan tahun baru dari televisi di atas meja suster jaga. Tahun 2015 berganti ketika saya menjaga orang yang paling saya sayangi, di UGD sebuah rumah sakit.
Dan 2016 pun dimulai.
Ini 366 hari paling menantang selama dua puluh empat tahun ini. Hampir semua aspek kehidupan saya teruji, dari mulai karir hingga sosial. Hari raya keagamaan pun terlewati begitu saja karena lagi-lagi di rumah sakit.
Secara global, 2016 pun dengan masif menguji hampir semua orang di berbagai belahan dunia, dari yang bermata uang Dollar maupun Poundsterling. Fidel Castro juga akhirnya tutup sejarah di tahun ini. Harambe yang selama ini hidup aman di kebun binatang pun tewas dengan cara yang tidak diduga.
Tapi 2016 ini juga memberi saya banyak hadiah. Keberanian saya untuk solo travelling, salah satunya. Tidak begitu jauh, masih di Pulau Jawa namun sukses mengubah perspektif saya terhadap banyak hal. Hidup keluar masuk pasar, berteman dengan mbok-mbok stranger yang jadi kuli panggul. Nongkrong di rumah penduduk lokal sambil bicara ngalor-ngidul tentang batik.
Tahun 2016 juga memberi saya banyak kakak baru. Setelah 23 tahun bertanya-tanya bagaimana rasanya punya kakak, di tahun ini saya mempunyai kakak banyak... laki-laki dan perempuan sekaligus. Semuanya sabar, lucu dan mengayomi. Kurang beruntung dari mana coba?
Kakak beda ayah dan ibu ini secara ajaib juga bisa mendatangkan keberanian entah dari mana bagi saya untuk berhasil mencelupkan diri di laut! Bertahun-tahun hanya bisa bergidik ngeri setiap kali melihat laut di kejauhan, kali ini saya benar-benar mencelupkan diri di laut dan ketemu face to face dengan para ikan. Dengan dorongan, tarikkan dan sorakan mereka tentunya.
Bersyukurnya lagi, hubungan saya dengan mas patjar masih segar bugar. Kami lebih banyak berargumen di tahun ini, namun kami selalu bisa memenuhi KPI untuk menyelesaikannya dalam waktu kurang dari tiga jam. Mas patjar juga tahun ini sukses membuat saya bersih dari alkohol (well, ada beberapa kali cheating sih.. tapi sedikit sekali kok!)
Hal terakhir yang saya syukuri, tahun 2016 ini mendewasakan saya lahir dan batin. Mengajarkan saya bahwa menjadi dewasa bukan hanya dengan memiliki NPWP dan bekerja di kantor tapi juga mampu untuk mengambil keputusan-keputusan krusial. Tahun ini juga mengajarkan saya bahwa rasanya beli teflon dan sprei baru itu lebih mendewasakan dibanding ketika kartu identitas kita dinyatakan lolos masuk club malam ;p
Dan akhirnya, setelah roller coaster ride selama tahun 2016 ini (yang bahkan di akhir tahun ini pun masih nyangkut, belum kembali ke pit stop), tahun 2017 sudah hadir di depan pintu. Saya benar-benar tidak tahu cerita apa yang dibawanya, namun dengan semua tantangan yang ada di tahun 2016, saya rasa saya akan siap menemui cerita apapun itu. Tentunya dengan izin dan ridha dari Yang Maha Kuasa, karena tanpanya saya hanya remahan Marimas.
Tapi bagaimana kalau yang datang adalah 2016s atau 2016c ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar