Tidak ada yang bisa di temukan di padang kosong ini selain desahan angin dan rumput yang gelisah, tapi itulah satu-satunya yang aku yakin dapat kamu miliki. Secara seutuhnya. Cuma-Cuma. Langitnya, mataharinya, anginnya, embunnya, rumputnya, hingga batunya dapat menjadi milikmu seorang; meski hanya sampai pada batas tunas paling ujung.
Di sanalah definisimu tentang kemerdekaan dapat tumbuh dan menancapkan akar-akarnya. Di sanalah kau bebas mengakses surga dengan gratis tanpa harus mati. Di sanalah batas halal dan haram mengabur sesuai yang kamu mau. Di sanalah layanan non-stop 24 jam serba ada selalu buka untukmu karena di hanya di sanalah dimensimu mungkin berdetak sesungguhnya. Dan aku berharap begitu.
Padang kering yang nyaris mati inilah yang selalu mau menerima kepulanganmu saat hatimu letih berlayar. Di tanah-tanah yang mengerontangnya inilah yang menjadi tumpahan seberagam rasa jiwamu yang tak pernah kau buang ke mana-mana. Rumput inilah yang senantiasa mendekap erat hatimu yang jumpalitan tak karuan. Dan semesta inilah yang dapat menjaminmu untuk bebas berlari tanpa harus jatuh, berjoget tanpa harus ditertawakan, naik getek tanpa perlu empang dan berteriak gila tanpa harus kena timpuk sandal.
Di sinilah milikmu seutuhnya yang selalu bersedia menerima tumpahan afeksi tanpa perlu syarat. Padang inilah tempat jiwamu bersemayam dan di sinilah darahmu tergaransi akan benar-benar lancar mengaliri nadi dan vena; sekalipun kau tidak akan pernah mengerti dan pasti tidak akan mau mengerti: akulah padang kesayanganmu itu. Akulah semesta tempatmu pulang itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar