Kejujuran yang Kesepian

Nggak, saya bukannya mau ikut-ikutan sok mengangkat tema kejujuran yang sekarang jadi begitu sensitif di bumi Pertiwi ini. Ini nggak ada hubungannya sama Nazaruddin, atau bahkan sama alien gaul yang katanya kemarin habis nongkrong di pusat perbelanjaan itu.

Jadi ceritanya ponsel saya baru berdering, alarmnya bunyi. Sebentar lagi tanggal berganti dan berarti seseorang diluar sana akan segera berulangtahun. Sudah, cuma gara-gara itu.

Sebenarnya saya sama si sebut-saja-Bunga ini nggak bermasalah. Akhir-akhir ini nggak pernah ada perang apapun diantara kita.. Tetapi sayangnya juga akhir-akhir ini nggak pernah ada pembicaraan di antara kita berdua. It has remained silent all these days.


And you know what? That awkward moment is ketika saya sama dia mendadak terkoneksi. Mendadak sadar bahwa ada yang harus diubah dari kebiasaan kita ini. Dan semua proses memilukan itu terpaksa harus terjadi tanpa pembicaraan resmi. Kami megap-megap bersama sampai terlalu takut untuk memahami air apa yang membuat kami hampir kehabisan nafas ini. Tak peduli betapa kesepiannya saya, dan mungkin juga dia.

Waktu awal proses, saya pernah kena virus penggalauan dan seorang teman saya paksa menjadi penyembuhnya. Ceritanya saya yang lagi sakau malah kena tusuk kata-kata dia yang nggak pernah pakai saringan itu.
"Jangan menuntut kejujuran kalau kamu belum siap sakit hati"
Hingga saat ini, rasanya kalimat itu lah yang diam-diam menyusupi keheningan di antara kami berdua. Kalimat itu sepertinya yang paling valid mengisi titik-titik kosong di antara nama kami berdua.

Dan omong-omong.. selamat ulang tahun ya kamu yang di sana :)

Keko: Sarah

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar: